Selasa, 18 Desember 2012

ASUHAN KEPERAWATAN INJEKSI INTRA MUSCULAR ( IM )


ASUHAN KEPERAWATAN INJEKSI INTRA MUSCULAR ( IM )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati ada berbagi macam cara, diantaranya secara oral, parenteral, dermal, bucal, sublingual dan sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam makalah kali ini adalah pemberian obat atau sediaan parenteral (Perry Potter, 2006).
Sediaan parenteral merupakan sediaan seteril yang biasa diberikan dengan berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan unik diantara bentuk obat yang terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan melalui kulit atau membrane mukosa kebagian dalam tubuh. Jenis pemberian parenteral yang paling umum adalah intra vena, intra muscular, subkutan, intrakutan dan intra spinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat bila penderita tidak dapat diajak bekerjasama, tidak sadar atau bila obat tersebut tidak efektif dengan cara pemberian yang lain (Perry Potter, 2006).
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan (Perry Potter, 2006).
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan (Perry Potter, 2006).

1.2  Tujuan Penulisan
·         Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan injeksi Intra muscular (IM) secara benar dan tepat sesuai dengan langkah-langkah.

·         Tujuan Khusus
1.    Mahasiswa dapat mengkaji data pasien
2.    Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa
3.    Mahasiswa dapat melakukan tindakan sesuai dengan langkah –langkah
4.    Mahasiswa dapat menevaluasi tindakan yang akan dilakukan
5.    Mahasiswa dapat memberikan KIE kepada pasien

1.3  Sistematika Penulisan
                        BAB I : Pendahuluan
1.1  Latar belakang
1.2  Tujuan Penulisan
1.3  Sistematika Penulisan
            BAB II. TINJAUAN PUSTAKA                            
            BAB III. TINJAUAN KASUS                    
            BAB IV. PEMBAHASAN               
            BAB V. PENUTUP
5.1  Kesimpulan
5.2  Saran
      DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  DEFINISI PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
         Istilah Parenteral berasal dari kata Yunani ‘Para’ dan ‘Enteran’, yang berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa. Karena rute ni disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurnian yang sangat tinggi dari sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beeberapa rute pemberian yaitu intra muscular, intra vena, intra cutan, subcutan, intra spinal, dan intra dermal (Ganiswara, 2005).
Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan parenteral volume kecil, sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan parenteral volume besar, yang biasa diberikan secara intra vena.
2.1.1 Macam macam Injeksi  Parenteral
a)      Injeksi IM (Intra muskular)
Memberikan obat melalui intramuskular yaitu pemberian obat dengan memasukkannya kedalam jaringan otot.
b)      Injeksi SC  (Subkutan)
Menyuntikan obat dibawah kulit.

c)      Injeksi IC  (Intrakutan)
Memberikan obat ke dalam jarinagn kulit (epidermis)
d)     Injeksi  IV (Intra Vena)
Injeksi yang dilakukan langsung ke pembuluh darah(kedalam vena)

2.1.2  Keuntungan Obat Secara Parenteral
- Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian per oral
-  Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah
-  Sangat berguna dalam keadaan darurat (Ratna Ambarwati, 2009).
2.1.3  Kerugian Pemberian Secara Darurat
- Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus ditentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga yang sudah terlatih
-  Bila obat diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya
-  Terapi parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi jamur, bakteri, sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan
-  Kemajuan dalam manufaktur atau pabrikasi kemasan menimbulkan beberapa masalah dalam sterilisasi partikulasi, pirogenitasi, sterilisasi, dll (Ratna Ambarwati, 2009).
2.2   PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
               Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh (Musrifatul Uliyah, 2008).
   2.2.1   Standar Obat
Terdiri dari 2 aspek, yaitu :
a.       Kemurnian, yaitu suatu keadaan dimiliki obat karena unsure keasliannya tidak ada pencampuran, dan standar potensi yang baik
b.      Bioavailabilitas, berupa keseimbangan obat, keamanan dan efektivitas standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri. (Musrifatul Uliyah, 2008).
2.2.2         Efek Obat
Terdiri dari 2 efek, yaitu :
1.      Efek terapeutik
             Yaitu obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diberikan sesuai kandungan obatnya.
Terdiri dari :
a. Efek paliatif : mengurangi gejala
b. Efek kuratif : efek pengobatan
c. Efek suportif : menaikkan fungsi atau respons tubuh
d. Efek substitutive : berefek sebagai pengganti
e. Efek kemoterapi : mematikan/menghambat
f. Efek restorative : memulihkan fungsi tubuh yang sehat
2. Efek samping
Yaitu dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal dan bahkan bisa membahayakan, seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit tatrogenik, kegagalan dalam pengobatan, dll.
2.2.3   Prinsip Pemberian Obat
1.      Tepat Obat
            Sebelum mempersiapakan obat ke tempatanya petugas medis harus memperhatiakan kebenaran oabt sebanyak tiga kali ,yakni ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat,saat obat diprogramkan,dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2.      Tepat Dosis
            Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan kepada pasien.
3.      Tepat Pasien
            Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4.      Tepat Jalur Pemberian
            Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
5.      Tepat Waktu
            Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.      
6.      Tepat Dokumentasi
                    Mencatat semua proses langkah-langkah pemberian obat (Musrifatul Uliyah, 2008)



2.3      PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRA MUSKULAR (IM)
2.3.1        Definisi
                           Pemberian obat melalui intra muskular merupakan pemberian obat dengan memasukkannya ke dalam jaringan otot.
2.3.2        Lokasi Penyuntikan
             Tempat atau lokasi suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf atau pembuluh darah utama. Tempat-tempat yang lazim digunakan antara lain di dorsogluteal (posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis (daerah paha), atau deltoid (lengan atas).
             Pada orang dewasa tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intra muscular adalah superempat bagian atas luar otot gluteus maximus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikan dibatasi sebaiknya paling banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah gluteal, dan 2 ml di daerah deltoid.Tujuanya adalah agar absorsi obat dapat lebih cepat (Formulasisteril.blogspot.com).
2.3.3        Tehnik Pemberian obat secara IM
             Rute intra muscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute SC/subcutan, karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam, tetapi bila tidak hati-hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90o (Perry, Potter, 2006)
2.3.4        Indikasi Penyuntikan
1.                   Pada pasien yang memerlukan penyuntikan IM
2.                   Atas perintah dokter

2.4      LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN INJEKSI INTRA MUSCULAR
1.        Persiapan Alat
-          Bak instrument kecil yang telah berisi alas
-          Sarung tangan bersih yang bersih satu pasang
-          Jarum pengambil obat
-          Spuit 2,5 cc dan 5 cc
-          Obat yang sudah yang ditentukan
-          Kapas alkohol dalam tempatnya
-          Bengkok
-          Buku catatan injeksi
-          Alat tulis
-          Safety box (Jarum dan spuit)
-          Larutan klorin0,5 % dalam tempatnya
-          Handuk kecil cuci tangan
-          Sampah medis & non medis
2.      Persiapan Pasien
-            Memberi salam pada pasien
-            Mengenalkan diri pada klien /keluarga
-            Menjelaskan tujuan dilakuakn tidakan
-            Memberi prosedur tindakan
3.      Langkah-langkah
-            Menyiapkan alat-alat dengan rapi, mendekatkan ke pasien, menutup lingkungan untuk menjaga privasi pasien
-            Menanyakan pada pasien apa pernah alergi obat atau pernah mengalami gangguan       pembekuan darah
-            Membaca daftar obat pasien
-            Perawat mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering
-            Melarutkan obat bila obat masih dalam bentuk serbuk
-            Mengisi spuit dengan obat sesuai dengan dosis
-            Mengeluarkan udara dalam spuit dan langsung dibawa ke dekat pasien
-            Membaca kembali pemberian obat dan dicocokkan dengan nama pasien atau langsung tanyakan namanya kepada pasien yang bersangkutan
-            Mengatur posisi pasien sesuai densn kondisi
-            Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien
-            Menentukan tempat penyuntikan
·           Pada bokong dengan menarik garis lurus dan SIAS menuju Os.coccygeus kemudian dibagi tiga kuadran dan diambil satu pertiga dari SIAS
·           Pada otot pangkal lenagn (muskulus deltoideus)
·           Pada otot paha bagian luar,yaitu sebelah luar satu per tiga
-            Mendesinfeksi dengan kapan alcohol lembab pada daerah yang akan disuntik dengan sekali oles
-            Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk dan ibu jari
-            Menusukkan jarum dengan posisi tegak lurus dengan cepat sedalam 2/3 bagian
-            Melakukan aspirasi untuk mengecek apakah ada darah atau tidak, dan pastikan tidak ada darah yang keluar
-            Bila darah tidak keluar masukkan obat dengan perlahan-lahan
-            Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat.
-            Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan.
-            Merapikan pasien (anjurkan pasien untuk berbaring ± 3 menit) dan lingkungan
-            Spuit disepul dengan larutan klorin lalu spuit dipisahkan dengan jarum dibuang di safety box
-            Merapikan dan membuang sampah pada tempatnya
-            Perawat mencuci tangan
-            Mencatat hasil kegiatan dan reaksi klien
-            Melakukan tindakan dengan teliti dan hati-hati
4.      Sikap
-            Komunikasi terapiutik
-          Dalam melakukan tindakan
 (Ceklis Akbid Brawijaya husada 2011)

5.Langkah-langkah tindakan dan hasilnya
                   1. Persiapan alat
-   Spuit soloshot sesuai ukuran
-    Obat Depo Progestin 3 cc
-    Kapas alkohol dalam tempatnya
-    Bengkok
-    Tempat sampah
-    Buku catatan dan alat tulis
R/ Memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan tindakan, tanpa ada alat  yang lupa dibawa

2.    Persiapan pasien
-   Memberi salam pada pasien
R/ Menghormati pasien dan memberi kesan awal yang baik pada pasien.
-   Menganjurkan pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah disediakan
3.      Langkah-langkah tindakan
-   Petugas mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih
R/ menghilangkan kuman sebagai tindakan antiseptic dan mencegah terjadinya infeksi silang
-   Memperhatikan lingkungan pasien
R/ menjaga privasi pasien
-   Melakukan anamnese pada pasien
   R/ memastikan biodata pasien
-   Memastikan bahwa hari tersebut memang tepat waktu pasien untuk kunjungan ulang suntik 3 bulanan dengan cara melihat di kartu KB pasien
-   Menimbang pasien, catat hasil
-   Melakukan pengukuran tekanan darah pasien, digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan penyuntikan, catat hasilnya diles pasien
-   Membuka spuit dari kemasan
-   Membuka tutup obat, mendesinfeksi dengan kapas alcohol
R/ Agar tutup obat dalam keadaan bersih terhindar dari mikroorganisme.
-   Mengisi spuit dengan obat
R/ Memasukkan obat yang akan disuntikan sesui dengan dosisi pemberian
-   Mengeluarkan udara dalam spuit
R/ Agar udara tidak masuk kedalm jaringan tubuh dan mencegah terjadinya emboli
-   Menganjurkan pasien untuk berbaring pada tempat yang telah disiapkan
-   Mengatur posisi pasien dan membebaskan daerah yang akan disuntikan dari pakaian pasien
R/ Memudahkan petugas dalam melakukan tindakan
-   Menentukan tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan menarik garis lurus dari SIAS menuju Os Coccygeus, dibagi 3 bagian lalu diambil 1/3 bagian pertama dari SIAS
R/ Untuk mendapatkan lokasi penyuntikan yang tepat
-   Mengantisepsis bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol
R/ sebagai tindakan antiseptik untuk menghindari masukknya mikro organisme dalam tubuh
-   Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk & ibu jari
   R/ mengurangi rasa sakit pada saat penyuntikan
-   Memasukkan jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum
R/ agar penyuntikn tepat pada jaringan otot
-   Memasukkan obat secara perlahan-lahan
       R/ Agar pasien tidak sakit ketikan obat dimasukkan
-   Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan mencabut jarum dengan cepat.
R/ untuk mengurangi rasa sakit pada daerah yang disuntik.
-   Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan.
R/ agar pasien mengerti dan tahu bahwa tindakan telah selesai dilakukan
-   Merapikan baju pasien dan menata lingkungan
R/ membantu pasien dan memberikan lingkungan yang nyaman.
-   Mengembalikan alat pada tempatnya
R/ untuk memudahkan petugas dalam melakukan tindakan selanjutnya.
-   Membuang bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis
-   Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7 langkah dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.
R/ menghilangkan kuman setelah bersentuha dengan kulit pasien sebagai tindakan aseptik
-   Mencatat tindakan yang sudah dilakukan
R/sebagai dokumentasi
-   memberi tahu jadwal kembali pasien

7.Hasil tindakan
-  klien merasa lega dan puas
-  Keadaan pasien baik tidak mengalami pusing
8.KIE           
-          Menganjurkan pada pasien untuk melakukan kompres hangat pada area yang dilakukan penusukan, apabila masih terasa nyeri/bengkak, untuk mengurangi rasa nyeri tersebut.
-         

BAB IV
PEMBAHASAN

1.    Menurut teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas, Sedangkan dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara teori dan praktek dilapangan ada kesenjangan,  keefisiensi waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan.
2.    Pada saat persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak memberikan salam dam memperkenalkan diri, keefisieni waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan tersebut.
3.    Pada saat melakukan tindakan
a.    setiap melakukan suatu tindakan injeksi, petugas tidak selalu mencuci tangan, tetapi hanya di awal/pasien pertama saja. Hal ini dikarenakan sudah ada pasien lain yang menunggu dan untuk keefisienan waktu. Selain itu handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan bukan handuk sekali pakai, melainkan handuk yang setiap kali digunakan untuk mengeringkan tangan sesudah selesai melakukan tindakan, untuk setiap orang yang memakai. Petugas juga tidak selalu memperkenalkan diri pada setiap pasien, yang sekali lagi disebabkan dengan tujuan efisiensi waktu.
b.    Menurut teori dalam pengambilan obat dilakukan dengan jarum tersendiri yaitu jarum no.23 dan spuit 5 cc, digunakan untuk aspirasi udara saat penyuntikan. Sedangkan di lapangan tidak memakai jarum no.23 dan spuit 5 cc, dikarenakan spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
c.    Menurut teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung dibuang di safety box. Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
d.   Menurut teori pada saat kita melakukan tindakan penyuntikan kita mengaspirasi dulu sedangkan kalau praktek di lapangan tidak mengasiprasi karena spuit yang dipakai sudah terisi penuh oleh obat.

BAB V
PENUTUP

2.4      Kesimpulan
a.       Pasien yang di periksa adalah Ny. “S “ usia 35 tahun.
b.      Diagnosa medis Ny. “ S “ usia 35 tahun dengan Injeksi Intra muscular KB depo 3 bulanan
c.       Dalam melakukan tindakan pengukuran tekanan darah tersebut ada beberapa kesenjangan antara teori yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan.
d.      Setelah di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing, pasien merasa lega dan puas
e.       KIE yang diberikan pada pasien adalah tentang  efek samping dari KB 3 bulan, dan memberikan Jadwal kembali untuk pemberian KB 3 bulan lagi pada tanggal 13 Oktober 2011 dan sewaktu-waktu jika ada keluhan.


2.5      Saran
a.       Lahan Praktek
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan mutu pelayanan dan konseling KB pada masyarakat sekitar guna meningkatkan kesejahteraan keluarga.
b.      Masyarakat
            Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya ber-KB bagi masyarakat. Terlebih untuk keluarga yang sudah mempunyai jumlah anggota yang banyak. Selain itu juga agar mengetahui macam-macam jenis KB yang ada beserta kelebihan dan kekurangannya, sehingga biasa memilih jenis KB yang terbaik untuk mereka.
c.       Mahasiswa
            Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan menerapkan tindakan sesuai dengan teori.
d.      Institusi
            Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan dapat menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya tentang injeksi yang sering dijumpai dalam lahan praktek.


DAFTAR PUSTAKA

Ceklist Akbid Brawijaya Husada,Injeksi intramuscular,2011
Potter, Perry. Ganiswara. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Famakologi, FKUI
Ratna Ambarwati, Eni. 2009. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT. Kawan Pustaka
Uliyah, Musrifatul dkk. 2008. Ketrampilan  Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika
Saifudin, Abdul Bani. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tjay, T.H. 2009. Faktor Patofisiologi Tubuh. Http://liew.267.wordpress.com/ pengaruh cara pemberian terhadap absorbs obat/ diakses tanggal 26 Agustus 2011







                Anfis vena
Anatomi & Fungsi Pembuluh Darah

 Selain alat pemompa, darah juga memerlukan pembuluh untuk dapat beredar ke seluruh tubuh. Pembuluh ini berbentuk bulat, dengan ukuran berbeda-beda, dan berdiameter antara 0,01 mm hingga 10 mm. Ada tiga macam pembuluh darah, yaitu arteri, vena, dan kapiler. Ketiga pembuluh darah tersebut selalu berhubungan satu dengan lainnya dan membentuk suatu sistem. Perhatikan Gambar 5.11 dan gambar 5.12.

ANFIS OTOT
SISTEM MUSCULARIS (OTOT TUBUH MANUSIA)


A.  ANATOMI OTOT

Ilmu yang mempelajari tentang otot disebut Myologi. Jaringan otot sangat penting bagi tubuh karena fungsinya, diantaranya sebagai alat gerak aktif, alat transportasi pengedar makanan dalam usus, juga pengedaran darah keseluruh tubuh. Jaringan otot ditandai adanya myofibril-miofibril pada selnya yang memanjang. Myofibril tersebut yang bertangung jawab atas kontraktilitas sel-sel otot. Berdasarkan srtukturnya maupun fisiologisnya, otot dibagi menjadi tiga macam yaitu otot rangka, otot polos dan otot jantung.
1. Otot rangka

Otot rangka juga disebut otot skelet atau otot serat lintang, otot bercorak, otot lurik dan musculus striata. Secara mikroskopis, terlihat otot rangka tersebut terdiri dari sel-sel otot (serabut-serabut otot) yang tebalnya kira-kira 10-199um dan panjangnya kira-kira 15cm. inti terletak tepat di bawah permukaan sel, selain itu juga Nampak adanya garis-garis terang dan gelap yang melintang, oleh karena itu disebut otot serat melintang. Satu sel otot diselubungi oleh fascia propria kemudian beberapa fascicule diselubungi oelh selaput yang disebut fascia superfisialis yang terdapat dibawah kulit membentuk fasciculus otot. Di dalam sarcoplasma terdapat sejumlah mitokondria(sarcosum). Warna otot ditentukan oleh adanya suplay darah dan kandungan myoglobin, juga kadar air maupun banyaknya fibril-fibril yang menyusunya. Oleh karena itu otot yang tipis biasanya warnanya lebih muda karena kandungan air yang sedikit, fibrilnya juga lebih sedikit serta suplay darahpun sedikit, jika disbanding otot yang tebal akan berwarna gelap.

Bentuk fasciculus otot ini biasanya berupa kumparan, bagian tengah menggembung yang disebut empal (ventrikel), dan kedua ujungnya mengecil yang disebut dengan urat otot (lendon). Pada umumnya tendon tersebut melekat pada tulang, sifatnya keran dan liat. Bagian ventrikel penting dalam fungsi gerak aktif, yaitu terjadi kontraksi (mengkerut). Jika kontraksi terjadi pada ventrikel otot tersebut maka akan terjadi gerakn tulang dengan perantaraan persendian dimana otot melekat melalui tendonya.

Pada umumnya otot melekat pada dua tulang atau lebih, sehingga tiap otot mempunyai dua tempat pelekatan. Istilah perlekatan pada segmen tulang biasanya digunakan :
Punctum fixum (origo) yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang tidak ikut bergerak.
Punctum mobile (insertion) yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang bergerak.

Sedang istilah lain yang juga sering digunakan sekarang tanpa mengngat tempat perlekatan tersebut bergerak atau tidak bergerak yaitu :
Perlekatan distal, yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang berada disebelah distal (terletak menjauhi dari semua badan).
Perlekatan proximal, yaitu perlekatan otot pada segmen tulang yang berada disebelah proximal (terletak lebih dekat dengan sentrum badan).


2. Otot polos

Otot ini juga disebut musculus nontriata, otot alat dalam, otot tak sadar. Terdiri dari  sel-sel berbentuk spindel dengan panjang 40-200 u.m dan tebal 4-20 u.m, dengan inti berada di tengah. Miofibrilnya sulit untuk dilihat, tidak mempunyai garis-garis gelap terangya. Serabut retikuler (bentuk jala) tranvesal menghubungkan sel-sel otot menbentuk suatu berkas sehingga menjadi satu unit funsional.

Otot polos tidak melekat pada tulang tetapi ikut membentuk alat dalam seperti terdapat pada dinding pembuluh darah, saluran pencernaan, system urogenitalis dan lain sebagainya.

Otot polos bekerja tidak dipengaruhi oleh kehendak, tidak terlalu cepat tetapi berurutan dan tidak cepat lelah. Oleh pengaruh hormonal, kemungkinan otot polos dapat bertambah panjang dan berproliferasi (membentuk sel-sel baru) contohnya yaitu pada uterus, serabut otoitnya dapat mencapai 800 u.m
3. Otot jantung

Serabut-serabut otot yang mengandung sarcaoplasma dalam jumlah besar membentuk jala-jala, seperti otot serat lintang juga terdapat garis-garis melintang gelap dan terang tetapi sarcomernya lebih pendek, intinya terletak ditengah, sarcosom jauh lebih banyak dari otot rangka, serabut otot bercabang-cabang. Otot jantung bergerak teratur dan tidak cepat, tetapi diluar kehendk kita.


B. BENTUK OTOT

Tempat perlekatan insertion atau distal, sering kali terdapat kepala otot yang bergabung dengan venter (empal0 otot dan berakhir pada tendo.

Bermacam-macam bentuk otot penyususn tubuh, diantaranya :
Otot fusiformis yaitu otot yang mempunyai serabut-serabut panjang dan menghasilkan gerakan yang luas, tetapi tidak kuat biasanya mempunyai tendo yang relative pendek.
Otot unipenatus yaitu otot yang mempunyai tendo panjang walaupun serabut-serabut otot yang melekat pada tendo tersebut merupakan otot pendek-pendek, otot ini lebih kuat.
Otot bipenatus yaitu otot yang mempunyai struktur sama dengan unipenatus, hanya serabut-serabut otot melekat pada kedua sisi tendo.
Otot planus ialah otot yang mempunyai tendo tipis atau sponeurosis.

Berdasarkan perlekatan pada origo atau distal tersebut dapat dibedakan otot:
Otot dengan kepala dua, tiga atau empat, dimana empalnya bersatu menjadi satu dan berakhir pada tendo yang sama, contohnya : m.bisep brachii, trisep brachii.
Otot dengan satu kepala dan mempunyai satu atau lebih tendo perantara, dengan dua atau tiga venter (empal) otot, contohnya pada m.digastricus (otot perut)/ m.abdominis.


C. FUNGSI OTOT

Diantar fungsi otot adalah sebagai berikut :
Alat gerak aktif
Alat transportasi
Pembentuk alat-alat dalam

Untuk fungsi pertama yaitu alat gerak aktif, terjadi bila venter otot mendapatkan rangsang, kemudian contraksi maka akan menggerakan tualang-tulang yang dilekatinya, ini dilakukan oleh otot  rangka. Berdasarkan proses tersebut maka otot dapat dikelompokkan :

1) Kelompok otot yang saling memebantu dan berlawanan
Otot saling membantu (otot sinergis), yaitu beberapa otot yang bekerja pada satu sendi da saling membantu sehingga memberikan gerakan semacam.

Contohnya : M. bisep brachii (otot bisep lengan atas) dengan m cocarobrachialis gerakan fleksi (bengkoknya lengan bawah).
Otot saling berlawanan (antagonis), yaitu dua atau lebih otot yang bekerja pada satu sendi dan saling berlawanan arahnya sehingga gerakanya saling menghambat otot yang satu dengan yang lainya. Contohnya pada otot bisep lengan atas dengan otot trisep lengan atas (m trisep brachii). Bisep menyebabkan gerakan fleksi pada lengan sedang trisep menyebabkan gerakan extensi (meluruskan) lengan.

2)         Kelompok otot berdasarkan gerak dasar tertentu :
Otot fleksor : otot yang menyebabkan gerakan fleksi (membengkokan tulang) misalnya M bisep brachii membengkokan lengan bawah.
Otot extensor : otot yang menyebabkan gerakan extensi (meluruskan tulan) misalnya : M trisep brachii meluruskan lengan bawah.
Otot abductor : otot yang menyebabkan gerakan abduksi (menjauhi tubuh), misalnya m deltoideus menyebabkan abduksi lengan atas pada sendi bahu.
Otot adductor : otot yang menyebabkan gerakan adduksi (mendekati tubuh), misalnya m pectoralis mayor (otot dada besar) menyebabkan gerakan adduksi lengan atas pada sendi bahu, jadi berlawanan dengan m deltoideus.
Otot pronator : otot yang menyebabkan gerakan pronasi (memutar kebawah) misalnya : m prenator kwadratus memutar telapak tangan sehingga tertelungkup yang selalu bekerja sama secara sinergis dengan m prenator.
Otot supinator : otot yang menyebabkan gerakan memutar/ke luar (supinasi). Misalnya : m brachii yang memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menengadah.
Otot rotator : otot yang menyebabkan gerakan rotasi (memutar). Misalnya : m gluteus maximus yang menyebabkan gerakan rotasi ke dalam tungkai atas pad sendi pangkal paha.

3)         Kelompok otot yang bekerja pada satu sendi atau lebih.
Otot monoartikuler, otot yang hanya melalui satu sendi dan bekerja pada satu sendi tersebut. Misalnya : m brachiodialis.
Otot polyarticuler, otot yang melewati lebih dari satu sendi dan bekerja lebih dari satu sendi. Misalnya : m hamstring pada daerah pangkal paha dan bekerja pada sendi pangkal paha dan lutut.


D. OTOT SKELET PEMBENTUK TUBUH MANUSIA

Otot skelet terdiri dari :
1. Otot-otot kepala

Otot pada bagian kepala dibagi atas :
Otot kulit kepala yang terhimpun diantaranya :

-       M occipitofrontalis (venter otot yang satu pada os occipetalis dan venter otot lainya pada os frontalis).

-       M temporalis (venter otot yang satu pada os temporalis dan lainya pada os parietalis).
Otot kulit wajah yang terhimpun diantaranya :

-       M nasalis (otot hidung)

-       M orbicularis oculi (otot lekuk mata)

-       M orbicularis oris (otot sekitar mulut)

-       M temporalis (otot pelipis)

-       M frontalis (otot dahi)

-       M sternocleiodomastoideus (otot silang leher)
Otot pengunyah yang terdiri dari :

-          M masseter, menutup rahang dengan mengangkat mandibula.

-          M temporalis, elevator rahan bawah yang paling kuat.

-          M pterygoideus, berperan dalam semua gerakan mandibula.

Otot-otot kepala merupakan otot mimic yaiotu otot yang memancar kedalam kulit wajah maupun kepala, jika kontraksi menyebabkan penggeseran kulit. Penggeseran tersebut mengakibatkan lipatan-lipatan dan kerutan, inilah meruakan dasar dari ekspresi wjah seseorang. Sehingga orang dapat memperlihatkan wajah gembira atau sedih dan sebagainya. Ekpresi wajah tersebut tergantung pada banyak factor, diantaranya usia, intelektual, sifat ras, pada orang yang masih muda, kulit masih elastic, sehingga sifat kulit nasih reversible, tetapi pada orang yang       lebih tua, sifat elastisitet kulit sudah mulai berkurang maka kerutan mungkin dapat menetap. Otot-otot kulit kepala merupakan epikranius, sangat longgar dan berikatan dengan kulit kepala. Terutama pada venter anteriornya dapat menimbulakn kerutan-kerutan pada dahi, selain itu kontraksi kontraksi kedua venter frontalis dapat mengangkat alis mata dan kelopak mata ats, hal ini dapat mengakibatkan ekspresi wajah keheranan.

Sedang pada kulit wajah, m orbicularis oculi berfungsi untuk menimbulkan ekspresi kekuatiran. Muskulus ini ada tiga bagian yaitu pars orbitalis berfungsi untuk penutupan kelopak mata, pars pelpebralis berkaitan dengan reflek mengedip, pars lacrimalis untuk mengeluarkan isi air mata. Akrena hubungan serabut-serabut otot ini sangat erat sekali dengankulit, maka dihasilkan lipatan-lipatan berbentuk radier pada daerah sudut lateral mata. Pada usia lanjut daerah tersebut pada umumnya terjadi lipatan yang permanen.
2. Otot-otot badan

Otot-otot pembentuk badan terdiri atas :
a.  Otot punggung

Otot punggung sejati terdapat dua buah yang rumit susunanya, terletak disebelah belakang yang terdiri dari musculus intervetrebalis. Otot punggung sejati tersebut dinamakan penegak batang badan dan sangat penting artinya untuk sikap dan gerak tulang belakang. Biasanya otot punggung sejati ditutup oleh otot punggung sekunder yang sebenarnya termasuk otot-otot gerak atas maupun bawah.
b. Otot perut

Dinding depan perut dibentuk oleh otot lurus perut (musculus rectus abdominis) yang terletak di kanan dan kiri garis tengah badan (linea alba). Di sisinya terdapat otot lebar perut yang didalamnya terdapat otot serong luar perut (musculus obliquus externus) dan di lapisan dalamnya terdapat otot serong dalam perut (musculus obliquus internus) dan otot lintang perut (musculus tranversus abdominis), otot tersebut terentang antar gelang pinggul dan rangk adada, merupakan sebuah penututp yang dapat kontraksi secara aktif sehingga dapat mempengaruhi letak dan gerak rangka dada dan secara tidak langsung mempengaruhi setiap tulang belakang.

c. Otot dada

Otot dada dibentuk oleh otot di sela-sela iga (musculus intercostalis) yang mempengaruhi gerak iga serta menjaga supaya tidak terjadi tonjolan maupun lekukan sela-sela antar iga yang dikarenakan selalu berubah-ubah sesuai dengan fungsinya. Selain itu musculus intercostalis juga berguna untuk menyempurna dinding thorax. Otot-otot leher terentang antara pinggir atas tulang dada dan tulang lidah, ada pula yang melekat pada pangkal tulang tengkorak. Otot tersebut penting artinya untuk gerakan kepala dan leher, juga gerak pangkal tengkorak dan tulang lidah untuk menelan. Otot-otot leher yang lain terletak didepan da di sisi tulang belakang dan sebagian melekat pada tulang rusuk atas.
d. Otot pelvis (otot gelang panggul)

Terdiri dari :

-             Otot bokong besar (m gluteus maximus).

-             Otot bokong tengah ( m gluteus medius).

-             Otot bokong kecil ( m gluteus minimus)

-             Otot psoas yang melekat pada os coxa.

-             Otot penegak selaput otot lebar ( m tensor fasciae alata).

M gluteus ketiganya berfungsi dalam gerakan extensi dari extremitas inferior, sedang otot psoas dan m tensor fasciaealata berfungsi untuk gerakan fleksi dari extremitas inferior.


2 komentar: