ASUHAN KEPERAWATAN INJEKSI INTRA MUSCULAR ( IM )
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk
mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. Teknik pemberian obat didapati
ada berbagi macam cara, diantaranya secara oral, parenteral, dermal, bucal,
sublingual dan sebagainya. Yang akan dibahas lebih lengkap dalam makalah kali
ini adalah pemberian obat atau sediaan parenteral (Perry Potter, 2006).
Sediaan parenteral merupakan sediaan seteril yang
biasa diberikan dengan berbagai rute. Sediaan parenteral ini merupakan sediaan
unik diantara bentuk obat yang terbagi-bagi, karena sediaan ini disuntikan
melalui kulit atau membrane mukosa kebagian dalam tubuh. Jenis pemberian
parenteral yang paling umum adalah intra vena, intra muscular, subkutan,
intrakutan dan intra spinal. Pada umumnya pemberian secara parenteral dilakukan
bila diinginkan kerja obat yang lebih cepat, seperti pada keadaan gawat bila
penderita tidak dapat diajak bekerjasama, tidak sadar atau bila obat tersebut
tidak efektif dengan cara pemberian yang lain (Perry Potter, 2006).
Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat
adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat
utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien. Obat bekerja
menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien
dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan (Perry
Potter, 2006).
Seorang perawat memiliki tanggung jawab dalam memahami
kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan (Perry Potter, 2006).
1.2 Tujuan
Penulisan
· Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu melakukan tindakan injeksi Intra
muscular (IM) secara benar dan tepat sesuai dengan langkah-langkah.
· Tujuan
Khusus
1. Mahasiswa
dapat mengkaji data pasien
2. Mahasiswa
dapat mengidentifikasi diagnosa
3. Mahasiswa
dapat melakukan tindakan sesuai dengan langkah –langkah
4. Mahasiswa
dapat menevaluasi tindakan yang akan dilakukan
5. Mahasiswa
dapat memberikan KIE kepada pasien
1.3 Sistematika
Penulisan
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
Penulisan
1.3 Sistematika
Penulisan
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB
III. TINJAUAN KASUS
BAB
IV. PEMBAHASAN
BAB
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL
Istilah
Parenteral berasal dari kata Yunani ‘Para’ dan ‘Enteran’, yang berarti
disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan
obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membrane mukosa.
Karena rute ni disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu
kulit dan selaput/membrane mukosa, maka kemurnian yang sangat tinggi dari
sediaan harus diperhatikan. Sediaan ini diberikan melalui beeberapa rute
pemberian yaitu intra muscular, intra vena, intra cutan, subcutan, intra
spinal, dan intra dermal (Ganiswara, 2005).
Obat suntik hingga volume 100 ml disebut sediaan
parenteral volume kecil, sedangkan apabila lebih dari itu disebut sediaan
parenteral volume besar, yang biasa diberikan secara intra vena.
2.1.1 Macam macam Injeksi Parenteral
a) Injeksi
IM (Intra muskular)
Memberikan obat melalui intramuskular yaitu pemberian
obat dengan memasukkannya kedalam jaringan otot.
b) Injeksi
SC (Subkutan)
Menyuntikan obat dibawah kulit.
c) Injeksi
IC (Intrakutan)
Memberikan obat ke dalam jarinagn kulit (epidermis)
d)
Injeksi IV (Intra Vena)
Injeksi yang dilakukan langsung ke pembuluh
darah(kedalam vena)
2.1.2
Keuntungan Obat Secara Parenteral
- Efeknya timbul lebih cepat dan teratur dibandingkan
dengan pemberian per oral
- Dapat
diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah
- Sangat
berguna dalam keadaan darurat (Ratna Ambarwati, 2009).
2.1.3 Kerugian
Pemberian Secara Darurat
- Sediaan parenteral mempunyai dosis yang harus
ditentukan lebih teliti waktu dan cara pemberian harus diberikan oleh tenaga
yang sudah terlatih
- Bila obat
diberikan secara parenteral maka sulit dikembalikan efek fisiologisnya
- Terapi
parenteral akan menimbulkan komplikasi dari beberapa penyakit seperti infeksi
jamur, bakteri, sehingga interaksinya tidak bisa dikendalikan
- Kemajuan
dalam manufaktur atau pabrikasi kemasan menimbulkan beberapa masalah dalam
sterilisasi partikulasi, pirogenitasi, sterilisasi, dll (Ratna Ambarwati,
2009).
2.2 PROSEDUR
PEMBERIAN OBAT
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau
binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkan pencegahan terhadap
berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh (Musrifatul Uliyah, 2008).
2.2.1 Standar Obat
Terdiri dari 2 aspek, yaitu :
a.
Kemurnian, yaitu suatu keadaan dimiliki obat karena unsure keasliannya
tidak ada pencampuran, dan standar potensi yang baik
b.
Bioavailabilitas, berupa keseimbangan obat, keamanan dan efektivitas
standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik
akan obat itu sendiri. (Musrifatul Uliyah, 2008).
2.2.2
Efek Obat
Terdiri dari 2 efek, yaitu :
1. Efek
terapeutik
Yaitu obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diberikan sesuai
kandungan obatnya.
Terdiri dari :
a. Efek paliatif : mengurangi gejala
b. Efek kuratif : efek pengobatan
c. Efek suportif : menaikkan fungsi atau respons tubuh
d. Efek substitutive : berefek sebagai pengganti
e. Efek kemoterapi : mematikan/menghambat
f. Efek restorative : memulihkan fungsi tubuh yang
sehat
2. Efek samping
Yaitu dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal
dan bahkan bisa membahayakan, seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan),
penyakit tatrogenik, kegagalan dalam pengobatan, dll.
2.2.3 Prinsip
Pemberian Obat
1. Tepat
Obat
Sebelum mempersiapakan obat ke tempatanya petugas medis harus
memperhatiakan kebenaran oabt sebanyak tiga kali ,yakni ketika memindahkan obat
dari tempat penyimpanan obat,saat obat diprogramkan,dan saat mengembalikan obat
ke tempat penyimpanan.
2. Tepat
Dosis
Untuk
menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus
diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi
alat tetes, gelas ukur, spuit, alat untuk membelah tablet, dan lain-lain.
Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan kepada pasien.
3. Tepat
Pasien
Obat
yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor
register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat
Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal pada
pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur
obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.
5. Tepat
Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan,
karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari
obat.
6. Tepat
Dokumentasi
Mencatat semua proses langkah-langkah pemberian obat (Musrifatul Uliyah,
2008)
2.3
PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRA MUSKULAR (IM)
2.3.1
Definisi
Pemberian obat
melalui intra muskular merupakan pemberian obat dengan memasukkannya ke dalam
jaringan otot.
2.3.2
Lokasi Penyuntikan
Tempat
atau lokasi suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf atau pembuluh
darah utama. Tempat-tempat yang lazim digunakan antara lain di dorsogluteal
(posisi tengkurap), ventrogluteal (posisi berbaring), vastus lateralis (daerah
paha), atau deltoid (lengan atas).
Pada orang dewasa tempat yang paling
sering digunakan untuk suntikan intra muscular adalah superempat bagian atas
luar otot gluteus maximus. Sedangkan pada bayi, tempat penyuntikan dibatasi
sebaiknya paling banyak 5 ml bila disuntikkan ke daerah gluteal, dan 2 ml di
daerah deltoid.Tujuanya adalah agar absorsi obat dapat lebih cepat
(Formulasisteril.blogspot.com).
2.3.3 Tehnik
Pemberian obat secara IM
Rute
intra muscular (IM) memungkinkan absorbsi obat yang lebih cepat dari pada rute
SC/subcutan, karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya
kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam, tetapi bila
tidak hati-hati, ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah.
Perawat menggunakan jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk
melewati jaringan SC dan mempenetrasi jaringan otot dalam. Berat badan
mempengaruhi pemilihan ukuran jarum. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah 90o
(Perry, Potter, 2006)
2.3.4
Indikasi Penyuntikan
1.
Pada pasien yang memerlukan penyuntikan IM
2.
Atas perintah dokter
2.4
LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN INJEKSI INTRA MUSCULAR
1.
Persiapan Alat
- Bak
instrument kecil yang telah berisi alas
-
Sarung tangan bersih yang bersih satu pasang
- Jarum
pengambil obat
- Spuit
2,5 cc dan 5 cc
- Obat
yang sudah yang ditentukan
- Kapas
alkohol dalam tempatnya
-
Bengkok
- Buku
catatan injeksi
- Alat
tulis
-
Safety box (Jarum dan spuit)
-
Larutan klorin0,5 % dalam tempatnya
-
Handuk kecil cuci tangan
- Sampah medis & non medis
2.
Persiapan Pasien
-
Memberi salam pada pasien
-
Mengenalkan diri pada klien /keluarga
-
Menjelaskan tujuan dilakuakn tidakan
-
Memberi prosedur tindakan
3.
Langkah-langkah
-
Menyiapkan alat-alat dengan rapi, mendekatkan ke pasien, menutup
lingkungan untuk menjaga privasi pasien
-
Menanyakan pada pasien apa pernah alergi obat atau pernah mengalami
gangguan pembekuan darah
-
Membaca daftar obat pasien
-
Perawat mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering
-
Melarutkan obat bila obat masih dalam bentuk serbuk
-
Mengisi spuit dengan obat sesuai dengan dosis
-
Mengeluarkan udara dalam spuit dan langsung dibawa ke dekat pasien
-
Membaca kembali pemberian obat dan dicocokkan dengan nama pasien atau
langsung tanyakan namanya kepada pasien yang bersangkutan
-
Mengatur posisi pasien sesuai densn kondisi
-
Membebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien
-
Menentukan tempat penyuntikan
· Pada
bokong dengan menarik garis lurus dan SIAS menuju Os.coccygeus kemudian dibagi
tiga kuadran dan diambil satu pertiga dari SIAS
· Pada
otot pangkal lenagn (muskulus deltoideus)
· Pada
otot paha bagian luar,yaitu sebelah luar satu per tiga
-
Mendesinfeksi dengan kapan alcohol lembab pada daerah yang akan disuntik
dengan sekali oles
-
Meregangkan daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk dan ibu jari
-
Menusukkan jarum dengan posisi tegak lurus dengan cepat sedalam 2/3
bagian
-
Melakukan aspirasi untuk mengecek apakah ada darah atau tidak, dan
pastikan tidak ada darah yang keluar
-
Bila darah tidak keluar masukkan obat dengan perlahan-lahan
-
Telunjuk tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan
tangan kanan mencabut jarum dengan cepat.
-
Menekan daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan
klien bahwa proses sudah selesai dikerjakan.
-
Merapikan pasien (anjurkan pasien untuk berbaring ± 3 menit) dan
lingkungan
-
Spuit disepul dengan larutan klorin lalu spuit dipisahkan dengan jarum
dibuang di safety box
-
Merapikan dan membuang sampah pada tempatnya
-
Perawat mencuci tangan
-
Mencatat hasil kegiatan dan reaksi klien
-
Melakukan tindakan dengan teliti dan hati-hati
4. Sikap
-
Komunikasi terapiutik
- Dalam
melakukan tindakan
(Ceklis Akbid
Brawijaya husada 2011)
5.Langkah-langkah tindakan dan hasilnya
1. Persiapan alat
- Spuit
soloshot sesuai ukuran
- Obat Depo
Progestin 3 cc
- Kapas
alkohol dalam tempatnya
- Bengkok
- Tempat
sampah
- Buku
catatan dan alat tulis
R/ Memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan
tindakan, tanpa ada alat yang lupa
dibawa
2. Persiapan
pasien
- Memberi
salam pada pasien
R/ Menghormati pasien dan memberi kesan awal yang baik
pada pasien.
- Menganjurkan
pasien untuk tidur tengkurap pada tempat yang telah disediakan
3.
Langkah-langkah tindakan
- Petugas
mencuci tangan di air yang mengalir dengan menggunakan sabun dan dikeringkan
dengan handuk kering dan bersih
R/ menghilangkan kuman sebagai tindakan antiseptic dan
mencegah terjadinya infeksi silang
-
Memperhatikan lingkungan pasien
R/ menjaga privasi pasien
- Melakukan
anamnese pada pasien
R/ memastikan
biodata pasien
- Memastikan
bahwa hari tersebut memang tepat waktu pasien untuk kunjungan ulang suntik 3
bulanan dengan cara melihat di kartu KB pasien
- Menimbang
pasien, catat hasil
- Melakukan
pengukuran tekanan darah pasien, digunakan sebagai acuan untuk melakukan
tindakan penyuntikan, catat hasilnya diles pasien
- Membuka
spuit dari kemasan
- Membuka
tutup obat, mendesinfeksi dengan kapas alcohol
R/ Agar tutup obat dalam keadaan bersih terhindar dari
mikroorganisme.
- Mengisi
spuit dengan obat
R/ Memasukkan obat yang akan disuntikan sesui dengan
dosisi pemberian
- Mengeluarkan
udara dalam spuit
R/ Agar udara tidak masuk kedalm jaringan tubuh dan
mencegah terjadinya emboli
- Menganjurkan
pasien untuk berbaring pada tempat yang telah disiapkan
- Mengatur
posisi pasien dan membebaskan daerah yang akan disuntikan dari pakaian pasien
R/ Memudahkan petugas dalam melakukan tindakan
- Menentukan
tempat penyuntikan yaitu pada daerah bokong dengan menarik garis lurus dari
SIAS menuju Os Coccygeus, dibagi 3 bagian lalu diambil 1/3 bagian pertama dari
SIAS
R/ Untuk mendapatkan lokasi penyuntikan yang tepat
-
Mengantisepsis bagian yang akan disuntik dengan kapas alcohol
R/ sebagai tindakan antiseptik untuk menghindari
masukknya mikro organisme dalam tubuh
- Meregangkan
daerah yang akan disuntik dengan jari telunjuk & ibu jari
R/ mengurangi
rasa sakit pada saat penyuntikan
- Memasukkan
jarum ke posisi tegak lurus 900 dan cepat sedalam 2/3 bagian jarum
R/ agar penyuntikn tepat pada jaringan otot
- Memasukkan
obat secara perlahan-lahan
R/ Agar
pasien tidak sakit ketikan obat dimasukkan
- Telunjuk
tangan kiri menekan bekas suntikan dengan kapas alcohol dan tangan kanan
mencabut jarum dengan cepat.
R/ untuk mengurangi rasa sakit pada daerah yang
disuntik.
- Menekan
daerah yang telah disuntik dan mengadakan komunikasi dengan klien bahwa proses
sudah selesai dikerjakan.
R/ agar pasien mengerti dan tahu bahwa tindakan telah
selesai dilakukan
- Merapikan
baju pasien dan menata lingkungan
R/ membantu pasien dan memberikan lingkungan yang
nyaman.
-
Mengembalikan alat pada tempatnya
R/ untuk memudahkan petugas dalam melakukan tindakan
selanjutnya.
- Membuang
bekas spuit dan jarum ke safety box, tutup spuit dibuang ke sampah medis
- Mencuci
tangan dengan sabun pada air yang mengalir dengan cara menggunakan 7 langkah
dan dikeringkan dengan handuk kering dan bersih.
R/ menghilangkan kuman setelah bersentuha dengan kulit
pasien sebagai tindakan aseptik
- Mencatat
tindakan yang sudah dilakukan
R/sebagai dokumentasi
- memberi tahu
jadwal kembali pasien
7.Hasil tindakan
- klien merasa
lega dan puas
- Keadaan
pasien baik tidak mengalami pusing
8.KIE
-
Menganjurkan pada pasien untuk melakukan kompres hangat pada area yang
dilakukan penusukan, apabila masih terasa nyeri/bengkak, untuk mengurangi rasa
nyeri tersebut.
-
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Menurut
teori dalam persiapan alat ada bak instrumen kecil yang telah diberi alas,
Sedangkan dilapangan tidak memakai bak instrumen. Jadi persiapan alat antara
teori dan praktek dilapangan ada kesenjangan,
keefisiensi waktu dan banyaknya pasien yang menunggu merupakan faktor
utama penyebab terjadinya kesenjangan.
2. Pada saat
persiapan pasien, terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Bidan tidak
memberikan salam dam memperkenalkan diri, keefisieni waktu dan banyaknya pasien
yang menunggu merupakan faktor utama penyebab terjadinya kesenjangan tersebut.
3. Pada saat
melakukan tindakan
a. setiap
melakukan suatu tindakan injeksi, petugas tidak selalu mencuci tangan, tetapi
hanya di awal/pasien pertama saja. Hal ini dikarenakan sudah ada pasien lain
yang menunggu dan untuk keefisienan waktu. Selain itu handuk yang digunakan
untuk mengeringkan tangan bukan handuk sekali pakai, melainkan handuk yang setiap
kali digunakan untuk mengeringkan tangan sesudah selesai melakukan tindakan,
untuk setiap orang yang memakai. Petugas juga tidak selalu memperkenalkan diri
pada setiap pasien, yang sekali lagi disebabkan dengan tujuan efisiensi waktu.
b. Menurut
teori dalam pengambilan obat dilakukan dengan jarum tersendiri yaitu jarum
no.23 dan spuit 5 cc, digunakan untuk aspirasi udara saat penyuntikan.
Sedangkan di lapangan tidak memakai jarum no.23 dan spuit 5 cc, dikarenakan
spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
c. Menurut
teori selesai melakukan tindakan spuit harus di spool dengan larutan clorin
sebelum dibuang, sedangkan di lapangan tidak dilakukan karena spuit langsung
dibuang di safety box. Karena spuit yang digunakan memakai spuit disposibble.
d. Menurut
teori pada saat kita melakukan tindakan penyuntikan kita mengaspirasi dulu
sedangkan kalau praktek di lapangan tidak mengasiprasi karena spuit yang
dipakai sudah terisi penuh oleh obat.
BAB V
PENUTUP
2.4
Kesimpulan
a. Pasien
yang di periksa adalah Ny. “S “ usia 35 tahun.
b. Diagnosa
medis Ny. “ S “ usia 35 tahun dengan Injeksi Intra muscular KB depo 3 bulanan
c. Dalam
melakukan tindakan pengukuran tekanan darah tersebut ada beberapa kesenjangan
antara teori yang di dapat dengan kenyataan pada praktik di lapangan.
d. Setelah
di lakukan tindakan keadaan pasien baik tidak mengalami pusing, pasien merasa
lega dan puas
e. KIE
yang diberikan pada pasien adalah tentang
efek samping dari KB 3 bulan, dan memberikan Jadwal kembali untuk
pemberian KB 3 bulan lagi pada tanggal 13 Oktober 2011 dan sewaktu-waktu jika
ada keluhan.
2.5 Saran
a. Lahan
Praktek
Diharapkan bagi lahan praktek untuk terus meningkatkan
mutu pelayanan dan konseling KB pada masyarakat sekitar guna meningkatkan
kesejahteraan keluarga.
b.
Masyarakat
Agar
lebih meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya ber-KB bagi masyarakat.
Terlebih untuk keluarga yang sudah mempunyai jumlah anggota yang banyak. Selain
itu juga agar mengetahui macam-macam jenis KB yang ada beserta kelebihan dan
kekurangannya, sehingga biasa memilih jenis KB yang terbaik untuk mereka.
c.
Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa lebih meningkatkan ilmu pengetahuan, lebih
banyak membaca buku tentang kesehatan, serta dapat memahami dan menerapkan
tindakan sesuai dengan teori.
d.
Institusi
Institusi pendidikan sebagai tempat untuk mencari ilmu, diharapkan dapat
menjadi tempat pengembangan ilmu khususnya tentang injeksi yang sering dijumpai
dalam lahan praktek.
DAFTAR PUSTAKA
Ceklist Akbid Brawijaya Husada,Injeksi
intramuscular,2011
Potter, Perry. Ganiswara. 2005. Farmakologi dan
Terapi. Jakarta : Famakologi, FKUI
Ratna Ambarwati, Eni. 2009. KDPK Kebidanan Teori dan
Aplikasi. Jakarta : PT. Kawan Pustaka
Uliyah, Musrifatul dkk. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Salemba
Medika
Saifudin, Abdul Bani. 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tjay, T.H. 2009. Faktor Patofisiologi Tubuh.
Http://liew.267.wordpress.com/ pengaruh cara pemberian terhadap absorbs obat/
diakses tanggal 26 Agustus 2011
Anfis
vena
Anatomi & Fungsi Pembuluh Darah
Selain alat
pemompa, darah juga memerlukan pembuluh untuk dapat beredar ke seluruh tubuh.
Pembuluh ini berbentuk bulat, dengan ukuran berbeda-beda, dan berdiameter
antara 0,01 mm hingga 10 mm. Ada tiga macam pembuluh darah, yaitu arteri, vena,
dan kapiler. Ketiga pembuluh darah tersebut selalu berhubungan satu dengan lainnya
dan membentuk suatu sistem. Perhatikan Gambar 5.11 dan gambar 5.12.
ANFIS OTOT
SISTEM MUSCULARIS (OTOT TUBUH MANUSIA)
A. ANATOMI OTOT
Ilmu yang mempelajari tentang otot disebut Myologi.
Jaringan otot sangat penting bagi tubuh karena fungsinya, diantaranya sebagai
alat gerak aktif, alat transportasi pengedar makanan dalam usus, juga
pengedaran darah keseluruh tubuh. Jaringan otot ditandai adanya
myofibril-miofibril pada selnya yang memanjang. Myofibril tersebut yang
bertangung jawab atas kontraktilitas sel-sel otot. Berdasarkan srtukturnya
maupun fisiologisnya, otot dibagi menjadi tiga macam yaitu otot rangka, otot
polos dan otot jantung.
1. Otot rangka
Otot rangka juga disebut otot skelet atau otot serat
lintang, otot bercorak, otot lurik dan musculus striata. Secara mikroskopis,
terlihat otot rangka tersebut terdiri dari sel-sel otot (serabut-serabut otot)
yang tebalnya kira-kira 10-199um dan panjangnya kira-kira 15cm. inti terletak
tepat di bawah permukaan sel, selain itu juga Nampak adanya garis-garis terang
dan gelap yang melintang, oleh karena itu disebut otot serat melintang. Satu
sel otot diselubungi oleh fascia propria kemudian beberapa fascicule
diselubungi oelh selaput yang disebut fascia superfisialis yang terdapat
dibawah kulit membentuk fasciculus otot. Di dalam sarcoplasma terdapat sejumlah
mitokondria(sarcosum). Warna otot ditentukan oleh adanya suplay darah dan
kandungan myoglobin, juga kadar air maupun banyaknya fibril-fibril yang
menyusunya. Oleh karena itu otot yang tipis biasanya warnanya lebih muda karena
kandungan air yang sedikit, fibrilnya juga lebih sedikit serta suplay darahpun
sedikit, jika disbanding otot yang tebal akan berwarna gelap.
Bentuk fasciculus otot ini biasanya berupa kumparan,
bagian tengah menggembung yang disebut empal (ventrikel), dan kedua ujungnya
mengecil yang disebut dengan urat otot (lendon). Pada umumnya tendon tersebut
melekat pada tulang, sifatnya keran dan liat. Bagian ventrikel penting dalam
fungsi gerak aktif, yaitu terjadi kontraksi (mengkerut). Jika kontraksi terjadi
pada ventrikel otot tersebut maka akan terjadi gerakn tulang dengan perantaraan
persendian dimana otot melekat melalui tendonya.
Pada umumnya otot melekat pada dua tulang atau lebih,
sehingga tiap otot mempunyai dua tempat pelekatan. Istilah perlekatan pada
segmen tulang biasanya digunakan :
Punctum fixum (origo) yaitu perlekatan otot pada
segmen tulang yang tidak ikut bergerak.
Punctum mobile (insertion) yaitu perlekatan otot pada
segmen tulang yang bergerak.
Sedang istilah lain yang juga sering digunakan
sekarang tanpa mengngat tempat perlekatan tersebut bergerak atau tidak bergerak
yaitu :
Perlekatan distal, yaitu perlekatan otot pada segmen
tulang yang berada disebelah distal (terletak menjauhi dari semua badan).
Perlekatan proximal, yaitu perlekatan otot pada segmen
tulang yang berada disebelah proximal (terletak lebih dekat dengan sentrum
badan).
2. Otot polos
Otot ini juga disebut musculus nontriata, otot alat
dalam, otot tak sadar. Terdiri dari
sel-sel berbentuk spindel dengan panjang 40-200 u.m dan tebal 4-20 u.m,
dengan inti berada di tengah. Miofibrilnya sulit untuk dilihat, tidak mempunyai
garis-garis gelap terangya. Serabut retikuler (bentuk jala) tranvesal
menghubungkan sel-sel otot menbentuk suatu berkas sehingga menjadi satu unit
funsional.
Otot polos tidak melekat pada tulang tetapi ikut
membentuk alat dalam seperti terdapat pada dinding pembuluh darah, saluran
pencernaan, system urogenitalis dan lain sebagainya.
Otot polos bekerja tidak dipengaruhi oleh kehendak,
tidak terlalu cepat tetapi berurutan dan tidak cepat lelah. Oleh pengaruh
hormonal, kemungkinan otot polos dapat bertambah panjang dan berproliferasi
(membentuk sel-sel baru) contohnya yaitu pada uterus, serabut otoitnya dapat
mencapai 800 u.m
3. Otot jantung
Serabut-serabut otot yang mengandung sarcaoplasma
dalam jumlah besar membentuk jala-jala, seperti otot serat lintang juga
terdapat garis-garis melintang gelap dan terang tetapi sarcomernya lebih
pendek, intinya terletak ditengah, sarcosom jauh lebih banyak dari otot rangka,
serabut otot bercabang-cabang. Otot jantung bergerak teratur dan tidak cepat,
tetapi diluar kehendk kita.
B. BENTUK OTOT
Tempat perlekatan insertion atau distal, sering kali
terdapat kepala otot yang bergabung dengan venter (empal0 otot dan berakhir
pada tendo.
Bermacam-macam bentuk otot penyususn tubuh,
diantaranya :
Otot fusiformis yaitu otot yang mempunyai
serabut-serabut panjang dan menghasilkan gerakan yang luas, tetapi tidak kuat
biasanya mempunyai tendo yang relative pendek.
Otot unipenatus yaitu otot yang mempunyai tendo
panjang walaupun serabut-serabut otot yang melekat pada tendo tersebut
merupakan otot pendek-pendek, otot ini lebih kuat.
Otot bipenatus yaitu otot yang mempunyai struktur sama
dengan unipenatus, hanya serabut-serabut otot melekat pada kedua sisi tendo.
Otot planus ialah otot yang mempunyai tendo tipis atau
sponeurosis.
Berdasarkan perlekatan pada origo atau distal tersebut
dapat dibedakan otot:
Otot dengan kepala dua, tiga atau empat, dimana
empalnya bersatu menjadi satu dan berakhir pada tendo yang sama, contohnya :
m.bisep brachii, trisep brachii.
Otot dengan satu kepala dan mempunyai satu atau lebih
tendo perantara, dengan dua atau tiga venter (empal) otot, contohnya pada
m.digastricus (otot perut)/ m.abdominis.
C. FUNGSI OTOT
Diantar fungsi otot adalah sebagai berikut :
Alat gerak aktif
Alat transportasi
Pembentuk alat-alat dalam
Untuk fungsi pertama yaitu alat gerak aktif, terjadi
bila venter otot mendapatkan rangsang, kemudian contraksi maka akan menggerakan
tualang-tulang yang dilekatinya, ini dilakukan oleh otot rangka. Berdasarkan proses tersebut maka otot
dapat dikelompokkan :
1) Kelompok otot yang saling memebantu dan berlawanan
Otot saling membantu (otot sinergis), yaitu beberapa
otot yang bekerja pada satu sendi da saling membantu sehingga memberikan
gerakan semacam.
Contohnya : M. bisep brachii (otot bisep lengan atas)
dengan m cocarobrachialis gerakan fleksi (bengkoknya lengan bawah).
Otot saling berlawanan (antagonis), yaitu dua atau
lebih otot yang bekerja pada satu sendi dan saling berlawanan arahnya sehingga
gerakanya saling menghambat otot yang satu dengan yang lainya. Contohnya pada
otot bisep lengan atas dengan otot trisep lengan atas (m trisep brachii). Bisep
menyebabkan gerakan fleksi pada lengan sedang trisep menyebabkan gerakan
extensi (meluruskan) lengan.
2)
Kelompok otot berdasarkan gerak dasar tertentu :
Otot fleksor : otot yang menyebabkan gerakan fleksi
(membengkokan tulang) misalnya M bisep brachii membengkokan lengan bawah.
Otot extensor : otot yang menyebabkan gerakan extensi
(meluruskan tulan) misalnya : M trisep brachii meluruskan lengan bawah.
Otot abductor : otot yang menyebabkan gerakan abduksi
(menjauhi tubuh), misalnya m deltoideus menyebabkan abduksi lengan atas pada
sendi bahu.
Otot adductor : otot yang menyebabkan gerakan adduksi
(mendekati tubuh), misalnya m pectoralis mayor (otot dada besar) menyebabkan
gerakan adduksi lengan atas pada sendi bahu, jadi berlawanan dengan m
deltoideus.
Otot pronator : otot yang menyebabkan gerakan pronasi
(memutar kebawah) misalnya : m prenator kwadratus memutar telapak tangan
sehingga tertelungkup yang selalu bekerja sama secara sinergis dengan m
prenator.
Otot supinator : otot yang menyebabkan gerakan
memutar/ke luar (supinasi). Misalnya : m brachii yang memutar lengan bawah
sehingga telapak tangan menengadah.
Otot rotator : otot yang menyebabkan gerakan rotasi
(memutar). Misalnya : m gluteus maximus yang menyebabkan gerakan rotasi ke
dalam tungkai atas pad sendi pangkal paha.
3)
Kelompok otot yang bekerja pada satu sendi atau lebih.
Otot monoartikuler, otot yang hanya melalui satu sendi
dan bekerja pada satu sendi tersebut. Misalnya : m brachiodialis.
Otot polyarticuler, otot yang melewati lebih dari satu
sendi dan bekerja lebih dari satu sendi. Misalnya : m hamstring pada daerah
pangkal paha dan bekerja pada sendi pangkal paha dan lutut.
D. OTOT SKELET PEMBENTUK TUBUH MANUSIA
Otot skelet terdiri dari :
1. Otot-otot kepala
Otot pada bagian kepala dibagi atas :
Otot kulit kepala yang terhimpun diantaranya :
- M
occipitofrontalis (venter otot yang satu pada os occipetalis dan venter otot
lainya pada os frontalis).
- M
temporalis (venter otot yang satu pada os temporalis dan lainya pada os parietalis).
Otot kulit wajah yang terhimpun diantaranya :
- M
nasalis (otot hidung)
- M
orbicularis oculi (otot lekuk mata)
- M
orbicularis oris (otot sekitar mulut)
- M
temporalis (otot pelipis)
- M
frontalis (otot dahi)
- M
sternocleiodomastoideus (otot silang leher)
Otot pengunyah yang terdiri dari :
- M
masseter, menutup rahang dengan mengangkat mandibula.
- M
temporalis, elevator rahan bawah yang paling kuat.
- M
pterygoideus, berperan dalam semua gerakan mandibula.
Otot-otot kepala merupakan otot mimic yaiotu otot yang
memancar kedalam kulit wajah maupun kepala, jika kontraksi menyebabkan
penggeseran kulit. Penggeseran tersebut mengakibatkan lipatan-lipatan dan
kerutan, inilah meruakan dasar dari ekspresi wjah seseorang. Sehingga orang
dapat memperlihatkan wajah gembira atau sedih dan sebagainya. Ekpresi wajah
tersebut tergantung pada banyak factor, diantaranya usia, intelektual, sifat
ras, pada orang yang masih muda, kulit masih elastic, sehingga sifat kulit
nasih reversible, tetapi pada orang yang
lebih tua, sifat elastisitet kulit sudah mulai berkurang maka kerutan
mungkin dapat menetap. Otot-otot kulit kepala merupakan epikranius, sangat
longgar dan berikatan dengan kulit kepala. Terutama pada venter anteriornya
dapat menimbulakn kerutan-kerutan pada dahi, selain itu kontraksi kontraksi
kedua venter frontalis dapat mengangkat alis mata dan kelopak mata ats, hal ini
dapat mengakibatkan ekspresi wajah keheranan.
Sedang pada kulit wajah, m orbicularis oculi berfungsi
untuk menimbulkan ekspresi kekuatiran. Muskulus ini ada tiga bagian yaitu pars
orbitalis berfungsi untuk penutupan kelopak mata, pars pelpebralis berkaitan
dengan reflek mengedip, pars lacrimalis untuk mengeluarkan isi air mata. Akrena
hubungan serabut-serabut otot ini sangat erat sekali dengankulit, maka
dihasilkan lipatan-lipatan berbentuk radier pada daerah sudut lateral mata.
Pada usia lanjut daerah tersebut pada umumnya terjadi lipatan yang permanen.
2. Otot-otot badan
Otot-otot pembentuk badan terdiri atas :
a. Otot
punggung
Otot punggung sejati terdapat dua buah yang rumit
susunanya, terletak disebelah belakang yang terdiri dari musculus
intervetrebalis. Otot punggung sejati tersebut dinamakan penegak batang badan
dan sangat penting artinya untuk sikap dan gerak tulang belakang. Biasanya otot
punggung sejati ditutup oleh otot punggung sekunder yang sebenarnya termasuk
otot-otot gerak atas maupun bawah.
b. Otot perut
Dinding depan perut dibentuk oleh otot lurus perut
(musculus rectus abdominis) yang terletak di kanan dan kiri garis tengah badan
(linea alba). Di sisinya terdapat otot lebar perut yang didalamnya terdapat
otot serong luar perut (musculus obliquus externus) dan di lapisan dalamnya
terdapat otot serong dalam perut (musculus obliquus internus) dan otot lintang
perut (musculus tranversus abdominis), otot tersebut terentang antar gelang
pinggul dan rangk adada, merupakan sebuah penututp yang dapat kontraksi secara
aktif sehingga dapat mempengaruhi letak dan gerak rangka dada dan secara tidak
langsung mempengaruhi setiap tulang belakang.
c. Otot dada
Otot dada dibentuk oleh otot di sela-sela iga
(musculus intercostalis) yang mempengaruhi gerak iga serta menjaga supaya tidak
terjadi tonjolan maupun lekukan sela-sela antar iga yang dikarenakan selalu
berubah-ubah sesuai dengan fungsinya. Selain itu musculus intercostalis juga
berguna untuk menyempurna dinding thorax. Otot-otot leher terentang antara
pinggir atas tulang dada dan tulang lidah, ada pula yang melekat pada pangkal
tulang tengkorak. Otot tersebut penting artinya untuk gerakan kepala dan leher,
juga gerak pangkal tengkorak dan tulang lidah untuk menelan. Otot-otot leher
yang lain terletak didepan da di sisi tulang belakang dan sebagian melekat pada
tulang rusuk atas.
d. Otot pelvis (otot gelang panggul)
Terdiri dari :
-
Otot bokong besar (m gluteus maximus).
-
Otot bokong tengah ( m gluteus medius).
-
Otot bokong kecil ( m gluteus minimus)
-
Otot psoas yang melekat pada os coxa.
-
Otot penegak selaput otot lebar ( m tensor fasciae alata).
M gluteus ketiganya berfungsi dalam gerakan extensi
dari extremitas inferior, sedang otot psoas dan m tensor fasciaealata berfungsi
untuk gerakan fleksi dari extremitas inferior.
thans gan atas askepnya
BalasHapusthanx askepnya
BalasHapus